Sebagian besar manusia menganggap tulang ekor yang
terletak di bagian bawah ruas tulang belakang sebagai organ sisa yang tidak
memiliki fungsi berarti. Anggapan ini juga dikuatkan oleh seorang ahli anatomi
berkebangsaan Jerman, R Wiedersheim. Pada tahun 1895, ia membuat daftar 100
struktur anatomi tubuh yang dianggap tidak memiliki fungsi tersebut. Salah
satunya adalah tulang ekor. Namun, seiring kemajuan teknologi, fungsi organ
tersebut kian terkuak. Tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekitar panggul
dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini,
manusia tidak akan bisa duduk nyaman.
Sisi ajaib tulang ekor ini pun
telah ditemukan. Adalah Han Spemann, ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan
hadiah nobel bidang Kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat
membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk
hidup bermula. Dalam penelitiannya, ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan
melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio-embrio lain.
Hasilnya, tulang
ekor ini tumbuh sebagai janin kedua di dalam janin tuan rumah. Untuk itulah Han
menyebutnya dengan “The Primary Organizer” atau pengorganisir
pertama.
Saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan
janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi
dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk
(lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.
Pertama, External
Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai
makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan
cairan kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan kedua, Internal
Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari
ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian
belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).
Dari
sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm,
dan endoderm terbentuk. Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.
Mesoderm, membentuk otot halus sistem digestive (pencernaan), otot
skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan
sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem
limpa, limpa dan kulit luar. Sedangkan endoderm, membentuk lapisan pada
sistem digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan
sistem digestive (seperti hati dan pankreas), kandung kemih, kelenjar
thyroid (gondok), dan saluran pendengaran.
Gumpalan sederhana inilah
yang mereka sebut sebagai tulang ekor.
Pada penelitian lain, Han mencoba
menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu
panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan
halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam
tahap permulaan embrio.
Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk
janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan
dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak ‘hancur’.
Dr. Othman al Djilani
dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan
1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama sepuluh
menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa
tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis.
Setelah
diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang histology dan pathologi di Sana’a
University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak
terpengaruh.
Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran
lebih lama.
Lebih dari itu, dan ini yang terpenting, ‘ajbu
dz-dzanab, atau tulang ekor –sari rikadatu atau relix dalam bahasa
Hindu dan Budha- berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan
oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi
acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, “Inspiring Day;
Inspiring The Spirit of Life”, tulang ekor ini merekam semua
perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Tulang ekor
tersebut merekam semua perbuatan baik-buruk mereka.
Dan perbuatan mereka
ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor.
Semakin banyak energi positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang
ekornya, dan semakin banyak energi negatif atau keburukan seseorang maka semakin
hitamlah tulang ekornya. Dalam tradisi hindu dan budha, mayat orang yang mati
dari mereka akan dibakar, dan di antara yang dicari setelah mayat menjadi abu
adalah tulang ekornya. Mereka ingin melihat apa warna tulang ekornya; putih atau
hitam. Pak Jamil pun menjelaskan bahwa sekira tahun 2004 ada pameran tulang
ekornya Shidarta Gawtama. Tulang ekornya Shidarta Gawtama putih bening bersih,
ini karena energy positif yang dilakukan oleh Shidarta Gawtama banyak. Dari
sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar.
Dari
tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan
sesuai dengan kadar amal-amal mereka.
Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan
oleh Nabi Muhammad berpuluh abad yang lalu.
“Tiada bagian dari tubuh
manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang
ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat.” (HR. al Bukhari, nomor
4935).
Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor
2955):
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam
bersabda:
“Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah
kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit
kembali.”
Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua
abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadits
tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu “Tulang
ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan
primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga”.
Hal ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah Saw, “Dari tulang ekorlah kalian
akan dibangkitkan.”