Seputar Khusyu'

Pengertian

Secara bahasa, kata khusyu' berasal dari kata khasya'a yang artinya adalah as-sukun: tenang dan at-tadzallul: menunduk karena merasa hina. Disebutkan dalam Al-Quran :
“Dalam keadaan mereka menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” (QS. Al-Ma'arij : 44)

Al-Qurthubi mengatakan bahwa khusyu' adalah:
“Keadaan di dalam jiwa yang nampak pada anggota badan dalam bentuk ketenangan dan kerendahan.

Qatadah mengatakan tentang khusyu' adalah rasa takut dan menahan pandangan dalam shalat.
Gambaran khusyu’nya para sahabat Nabi SAW
- Ali bin Abi Thalib r.a. Apabila datang waktu shalat maka ia gemetar dan air mukanya berubah. Maka ditanyakan kepadanya, "Apa yang terjadi denganmu,hai Amirul-Mu'minin!" Ia menjawab, "Telah datang waktu melaksanakan amanat yang pernah ditawarkan oleh Allah kepada langit dan bumi lalu langit dan bumi itu enggan untuk memikulnya dan khawatir akan mengkhianatinya. Sedangkan aku memikul amanat itu (yaitu shalat)."

- Ali bin Husain. Bahwasannya apabila ia berwudhu maka wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Lalu keluarganya bertanya kepadanya, "Apakah yang terjadi padamu ketika berwudhu?" Ia menjawab, "Tahukah kalian di hadapan siapa aku akan berdiri/shalat?"

- Ibnu Abbas r.a. Bahwasannya ia berkata, "Dawud a.s dalam munajatnya berkata, "Wahai tuhanku, siapakah orang yang tinggal di rumah-Mu dan siapakah yang Engkau terima shalatnya?' Lalu Allah mewahyukan kepadanya, 'Hai Dawud! yang tinggal di rumah-Ku dan yang aku terima shalatnya hanyalah orang yang merendahkan diri akan keagungan-Ku, ia lewakan siangnya dengan ingat kepada-Ku, ia menahan nafsunya dari syahwat karena Aku, ia memberi makan kepada orang yang lapar, ia memberi tempat bagi orang dalam perjalanan (musafir), dan menyayangi orang yang tertimpa bencana. Itulah orang yang cahayanya bersinar di langit seperti matahari. Jika ia berdo'a kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Dan jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya. Aku berikan kepadanya sifat santun ketika yang lain dalam kebodohan, dan dzikrullah ketika yang lain dalam kegelapan.

- Said At-Tanukhi apabila sedang shalat maka tidak putus-putusnya air mata mengalir dari kedua pipinya membasahi jenggotnya.

- Khalaf bin Ayyub. Seseorang bertanya kepada Khalaf bin Ayyub, "Tidakkah lalat itu mengganggumu didalam shalatmua? Mengapa tidak kamu usir?" Ia menjawab, "Aku tidak akan membiasakan diriku melakukan sesuatu yang dapat merusak shalatku." Ditanyakan, "Bagaimana kamu bisa bertahan terhadap hal itu?" Ia menjawab, "Aku dengar bahwa orang-orang fasik tahan menghadapi cambuk-cambuk penguasa agar dikatakan bahwa "Fulan itu sabar" dan mereka berbangga dengan hal itu. Sedangkan aku berdiri di hadapan Tuhanku, maka pantaskah aku bergerak hanya karena seekor lalat?"

- Muslim bin Yasar. Bahwasannya apabila ia mau shalat, ia berkata kepada keluarganya, "Berbincanglah kalian, karena aku tidak mendengar kalian." Dan pada suatu hari ia shalat di masjid jami' di kota Basrah, lalu satu bagian dari masjid itu runtuh. Orang-orang pun berkumpul karenanya. Sedangkan ia tidak tahu, hingga selesai dari shalatnya.
 
- Hatim Al-Asham r.a. bahwasannya ia ditanya tentang shalatnya, lalu ia menjawab, "Apabila tiba waktu shalat maka aku sempurnakan wudhu dan aku datangi tempat yang ingin aku pakai untuk shalat. Aku duduk di atasnya hingga anggota-anggota badanku tenang. Kemudian aku berdiri untuk shalat. Aku jadikan Ka'bah itu seolah2 dihadapanku, shirath (jembatan shiratal mustaqim)  di bawah telapak kakiku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut di belakangku. Aku anggap shalat itu sebagai shalatku yang terakhir. Kemudian aku berdiri di antara harap dan takut. Aku bertakbir dengan takbir yang penuh kesungguhan, membaca dengan bacaan tartil, ruku' dengan sujud' yang penuh kerendahan hati, sujud dengan sujud yang khusyu'. Aku duduk bertumpu di atas pantat kiri, dan aku hamparkan punggung kaki kiri. Aku tegakkan telapak kaki kanan bertumpu pada ibu jarinya. Aku ikuti shalat itu dengan ikhlas. Kemudian aku tidak tahu apakah shalatku itu diterima ataukah tidak."

Ibnu  Abbas r.a berkata, "Dua raka'at yang sederhana dengan penuh penghayatan adalah lebih baik daripada ibadah semalam suntuk sementara hati lalai."

Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kalian melihat seorang laki-laki biasa pulang-pergi ke masjid maka saksikanlah bahwa dia orang beriman."

Lalu bagaimana caranya agar mudah khusyu dalam shalat?

Pertama: Menghadirkan Hati.

Menghadirkan hati maksudnya adalah disaat kita sedang sholat maka saat itu sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apapun. Maka dalam keadaan seperti itu yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik sholat kita. Benarkah sholat kita, dengan bacaan yang benar atau penuh dengan kesalahan dan lain sebagainya.

Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut, atau bergetar dengan keberadaanNya dihadapan kita.

Kedua: Anggap saat itu adalah sholat yang terakhir.

Agar semakin khusyu’ anggaplah bahwa sholat tersebut sholat yang terakhir kali kita lakukan, karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita. atau bayangkan, disaat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan kita, bahwa usai sholat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah… bagaimanaka shalat kita saat itu? Shalat dengan penuh kekhusyuan atau shalat dengan main-main? Tentu kita akan sholat dengan sekhusyu’-khusyu’nya.

Ketiga: Tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa dalam shalat.

Tuma’ninah atau keadaan tenang dan juga tidak tergesa-gesa juga merupakan cara agar shalat kita khusyu’. Sebab dengan ketenangan kita akan bisa focus dengan bacaan dan juga gerakan dalam shalat. Oleh karena itu, sebelum kita bertakbir memulai shalat, lebih dulu kita tinggalkan segala perkara duniawi, bisa jadi disaat kita sedang shalat, namun kita tergesar-gesa karena memikirkan masalah dunia (masakan, makanan, hp facebook dll) yang bisa merusak kekhusyukan kita dalam shalat.

Keempat: Tadabbur ayat-ayat  dan dzikir-dzikir yang dibaca dalam shalat

Cara keempat ini sangat penting untuk kita latih dan diterapkan saat shalat. Karena dengan mentadabburi ayat dan dzikir yang kita baca, maka kita akan semakin mudah untuk menggapai kekhusyuan dalam shalat. Banyak sekali orang yang hafal bacaan sholat, namun sangat sedikit sekali yang faham dan mengerti bacaan tersebut.

Silahkan menghafal bacaan shalat, tapi lebih baiknya lagi kita mampu meresapi maknanya. Sehingga pemahaman makna akan menambah ketenangan jiwa dan akan memberi dampak baik disaat sedang shalat atau disaat kita membaca surat lainnya dalam al Quran.

Kelima: Tartil dan memperbagus suara dalam membaca Al Quran.

Allah SWT memerintahkan kita untuk tartil disaat membaca Al Quran, terlebih lagi bacaan tersebut kita baca diwaktu shalat. Begitu juga kita dianjurkan untuk memperindah suara kita agar imam maupun makmum dalam shalat jamaah bisa tenang dan akhirnya mendapatkan kekhusyuan. Sebaliknya, jika kita tergesa dalam membaca atau tidak tartil, dari segi suara bacaan juga ‘disayangkan’. Maka hal tersebut tidak membuat kita khusyu’ namun malah mengganggu dalam shalat.

Keenam: Arahkan pandangan hanya ditempat sujud, dan tidak memalingkan kelainnya

Janganlah kita mengarahkan pandangan kita selain ke tempat sujud, sebab hal tersebut akan mengganggu kekhusyukan kita dalam shalat. Bahkan terdapat larangan dalam hadits untuk melihat ke atas disaat kita shalat, begitu juga memalingkan seluruh atau sebagian badan kita karena bisa membatalkan shalat kita, lantaran telah merubah qiblat disaat sedang shalat.

Ketujuh: Hindari segala hal yang bisa menyibukkan saat sedang shalat.

Seperti penggunaan alat-alat elektronik (handphone, tv, , penggunaan pakaian yang kurang pas, serta hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kita dalam shalat. Maka hal-hal tersebut harus kita hindari agar shalat kita senantiasa terjaga dan tidak merusak kekhusyukan disaat sedang shalat.

Demikianlah beberapa kiat dan cara agar kita mudah khusyu dalam shalat. Dengan menerapkan kiat-kiat diatas, kami berharap semoga shalat kita senantiasa memberi pengaruh yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sumber:
Dari berbagai sumber
 

Kisah Mualaf Yang Membuat Para Muslim Menjadi Malu

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.

Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.

Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”

Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.

Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.

Wartawab bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.

”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”

”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.

“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”

”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”

“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan

Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”

”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”

Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”

”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”

”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.

posted by Pujiono Abuzuhasna
eramuslim 
 

Cerita Dua Kematian yang Berbeda

Seorang Syeikh hafizhullah pernah bercerita:
Seseorang memperlihatkan sebuah foto kepadaku. Ketika aku melihat foto itu, ternyata itu adalah foto seorang wanita yang penuh dandanan, putih dan cantik. Berpakaian tapi telanjang. Maka aku menghardik orang itu dan mengatakan: “Takutlah kepada Allah!! Mengapa engkau perlihatkan gambar ini kepadaku?! Apakah engkau tidak takut kepada Allah?!”

Lalu ia berkata: “Bukan demikian. Aku memperlihatkannya kepada Anda untuk memberitahukan kepada Anda, bahwa yang Anda lihat itu adalah wanita yang ada di gambar satu ini!”

Aku memperhatikan foto lain yang diperlihatkannya. Ternyata itu adalah gambar seorang wanita yang wajahnya telah menghitam. Seluruh bagian tubuhnya mulai gelap. Ia tewas terbunuh oleh suaminya sendiri. Dan amal terakhirnya di dunia ini adalah meminum khamr di satu tangan dan merokok di tangan yang lainnya.
Aku akhirnya tahu bahwa ia adalah salah satu penyanyi yang sangat populer semasa hidupnya. Semoga Allah melindungi kita dari yang seperti itu.

Sangat jauh perbedaannya antara wanita itu dengan seorang gadis tetanggaku. Benar sekali, ia adalah tetanggaku dalam satu lingkungan di mana aku tinggal. Ayahnya adalah seorang yang shaleh. Tidak pernah meninggalkan shalat di masjid sekalipun. Gadis itu berusia 24 tahun.

Ia sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai guru, meskipun tempat mengajarnya jauh dari rumahnya. Ia dan beberapa kawannya biasa pergi ke tempat kerjanya dengan menumpang sebuah mobil yang mereka sewa. Mereka pergi bersama dan pulangpun bersama-sama.

Sebelum bulan Ramadhan tahun 1424 H, keluarganya dikejutkan dengan perkataan yang diucapkannya. Ia mengatakan kepada mereka – sebelum bulan Ramadhan-: “Jika aku mati, maka janganlah kalian bersedih atasku, karena aku menyerahkan semua yang kukerjakan ini untuk Allah, sebab aku mengajarkan ilmu.”

Ia selalu keluar dengan mengenakan hijabnya yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kakinya.
Sebelum kematiannya, ia telah meminta kepada ayahnya untuk mengajaknya ikut serta mengerjakan shalat Jum’at. Maka sang ayahpun membawanya, dan itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan.

Dua hari setelah hari Jum’at itu. Tepatnya hari Senin, 15 Ramadhan 1424 H, ia keluar dari rumahnya dalam keadaan berpuasa, dan hal terakhir yang ia kerjakan adalah membangunkan salah seorang kawannya untuk menunaikan shalat Subuh.
Di sepanjang jalan dalam mobil menuju tempat kerjanya, ia membaca Al-Qur’an dengan suara lirih, dan ketika ia meninggalpun, mushaf itu masih ada di tangannya!! Ia mengalami kecelakaan hingga meninggal, dan ia meninggal dunia dalam keadaan seperti itu.

Ia meninggal pada hari Senin di bulan Ramadhan. Persis seperti ia dilahirkan pada hari Senin di bulan Ramadhan pula!
Ia meninggal setelah menunaikan shalat Subuh. Ia tidak tidur setelah subuh untuk membaca Al-Qur’an hingga tiba waktu untuk bekerja.
Ia meninggal setelah ia berdakwah pada hari itu dengan mengajak kawannya untuk mengerjakan shalat.
Ia meninggal dan Al-Qur’an ada di tangannya.
Ia meninggal, dan ketika mereka mengeluarkan jasadnya dari kendaraan, mereka mengatakan:”Demi Allah, ketika kami mengeluarkannya dari mobil itu dan meletakkannya dalam ambulan, tidak ada sedikitpun bekas luka atau memar di tubuhnya!”

Ia memang selalu mengenakan celana panjang di balik hijab yang menutupi tubuhnya, dan berkata: “Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku. Jika ALlah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku.”
(Syeikh yang bercerita itu menangis, lalu melanjutkan kisahnya):
Ia meninggal persis seperti yang ia idamkan. Ayahnya hampir saja gila mendengar kematiannya. Ketika ia melihatku masuk untuk menyampaikan takziah kepadanya, ia memelukku. Dan di depan banyak orang, ia menangis tersedu-sedu dan berkata:”Inilah anakku yang paling berbakti, wahai Muhammad!”

Selamat untuknya dengan semua Al-QUr’an yang ia baca, keberbaktiannya pada orang tuanya, dakwahnya, puasanya, dan kematian di bulan Ramadhan itu, semoga Allah merahmatinya.
Berbekallah segera, karena tiada yang menemani dalam kubur selain apa yang pernah dikerjakan
Jika engkau sibuk dengan sesuatu,
Maka janganlah sibuk selain dengan apa yang diridhai Allah
Karena tiada yang menyertai seorang setelah kematiannya
Ke alam kuburnya selain apa yang ia amalkan
Ingatlah seorang itu hanya tamu dalam keluarganya
Singgah sebentar, lalu setelah itu ia harus pergi

Sumber: Chicken Soup for Muslimah, Hikmah dan Inspirasi bagi Muslimah
Sukses Publishing Juli 2012

 

Kisah Almarhum Gito Rollies menuju Taubat

Bangun Sugito Tukiman, adalah salah satu nama dari sekian juta penduduk negeri ini yang terhipnotis oleh musik rock (barat). Figur The Rolling Stones, dengan lead vocal-nya Mick Jagger, menjadi idola remaja yang lahir di kota Biak dan besar di kota Bandung ini. Bahkan aksi nekatnya di tahun 1967, membuat kota Bandung gempar, ketika dirinya yang mendapat cap “Siswa Bengal” termasuk salah satu siswa yang lulus dari SMA-nya, melakukan aksi tanpa busana sambil naik sepeda motor mengelilingi kota kembang tersebut. Kesukacitaannya dilampiaskan dengan gaya ala rocker, maklum, daftar kenakalannya lebih panjang dari daftar absen murid, sehingga ia tak yakin jika namanya akan tertulis di papan pengumuman seperti teman-temannya yang lulus (tempointeraktif.com).

Selepas SMA, di kota yang sama, Bangun Sugito Tukiman (vokal) bersama rekan-rekannya, Teuku Zulian Iskandar Madian (saxophone, gitar), Benny Likumahuwa (trombone, flute), Didiet Maruto (trumpet), Jimmie Manoppo (drum), dan Oetje F. Tekol (bas) mendirikan band yang bernama The Rollies. Di era 1970-an, The Rollies semakin eksis dan menunjukkan taringya sebagai grup band rock handal di tanah air. Belakangan, setelah sukses dengan beberapa hits yang sempat bertengger di belantika musik Indonesia, namanya pun berganti menjadi Gito Rollies. Waktu terus berjalan, anak tangga karir perlahan-lahan ditapaki satu demi satu. Sanjungan dan pujian, membuat dirinya telah merasa menjadi seorang Mick Jagger Indonesia, sosok yang dikagumi dan diidolakannya.

Pria yang sempat mengenyam kuliah dua tahun di Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), terus larut bersama kebesaran The Rollies. Aksi panggungnya mirip dengan sang idola, suara serak ala James Brown, bapak moyang soul dan funk, menjadikannya pusat perhatian. Kesuksesan di panggung telah mengantarkan diri dan kelompoknya di industri rekaman, pun mengantarkannya menjadi hedonis sejati.

Setelah bersolo karir, dia menelorkan sejumlah album solo, yakni Tuan Musik (1986), Permata Hitam/Sesuap Nasi (1987), Aku tetap Aku (1987), Air Api (1987) dan Tragedi Buah Apel (1987) dan Goyah (1987).
Sebagai aktor Gito memulai debutnya di dunia film lewat Buah Bibir (1973) sebagai figuran. Setelah benar-benar menjadi aktor ia bermain dalam Perempuan Tanpa Dosa (1978), Di Ujung Malam (1979) dan Sepasang Merpati (1979), dan Permainan Bulan Desember (1980), dan Kereta Api Terakhir (…). Namun kekuatan aktingnya terlihat pada Janji Joni yang mengantarkannya meraih piala Citra untuk kategori Aktor Pembatu Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2005.

Awal Kesadaran

Tahun 1995, atau tepat setelah 10 November, Sang Rocker baru benar-benar berhenti mengkonsumsi narkoba dan alkohol, setelah mengalami sebuah peristiwa yang membuatnya shock lahir batin. Sepulang dari konser Hari Pahlawan di Surabaya, di bawah pengaruh narkoba, selama tiga hari ia mengalami fly, tak bisa makan dan tak bisa tidur, dan selama tiga hari itu semua kelakuannya di masa lalu seperti diputar di depan mata. “Saya takut sekali,” ujarnya seperti diungkap kepada koran Tempo. Namun yang paling membuatnya ciut justru menyangkut segala omongan yang pernah terlontar dari mulutnya. Fitnah dan gunjingan terhadap musisi lain, termasuk melakukan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).

Pengalaman tiga hari itulah yang menjadi titik balik dirinya untuk kembali kepada Allah. Khabar tentang kekuasaanNya, telah diwartakan ke segenap penjuru bumi kepada seluruh manusia, hanya saja tidak banyak orang yang menyadarinya, “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?” (QS. Adz-Dzaariyaat, 51 : 20-21).

Jika seseorang memperhatikan tanda-tanda itu, dan Allah SWT telah membukakan jalan masuk untuk memahami, tentu tidaklah sulit. Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kelalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kelalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus, 10 : 23).

Bisa jadi peristiwa yang ia alami, karena Allah hendak mengabarkan hal itu kepadanya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Di usia kepala empatnya, seorang Gito Rollies diingatkan Allah SWT melalui sebuah peristiwa spiritual yang memmembuatnya bergidik ketakukan. Nyalinya ciut, gemetar badannya, kekuatan musik cadas tak mampu menyangga hatinya yang terkoyak kala tanda-tanda-Nya telah diterima saat dirinya fly. Kesadaran bathinnya bergolak untuk bangkit dari masa-masa kelam yang telah mengotori jiwanya.

Setelah mengalami pengalaman rohani, dirinya mulai banyak bergaul dengan kalangan ulama, mengaji, serta mempelajari Al-Qur’an dan Hadits secara mendalam. Perlahan-lahan Allah SWT tanamkan pemahaman arti hidup sebenarnya. Sang Gito Rollies merasa telah menemukan hujjah yang mendasari hidupnya. “Dulu saya suka Mick Jagger, saya bahagia kalau populer. Ibaratnya, dulu tuhan saya adalah popularitas. Nabi saya adalah para idola saya, dan rocker-rocker luar negeri, sekarang saya begitu mencintai Nabi Muhammad SAW dan ajaran-Nya,” ujarnya.

ALLAH MAHA BESAR, demikian kira-kira satu ungkapan yang cocok dialamatkan kepada legenda musik rock Indonesia tersebut. Ketika Gito memutuskan berputar haluan 180 derajat dari dunia rocker yang hingar bingar menuju kehidupan Islami yang sarat dengan dakwah, banyak sahabat yang kaget, seolah tak percaya. Apalagi bagi sahabat yang sangat mengenal Gito, rasa-rasanya “mustahil” ia berubah seperti itu. Dengan kata lain, apa yang dilakukan Gito ketika itu adalah “aneh bin ajaib”. Apalagi jika membandingkan gaya hidup dan penampilan Gito dulu yang “compang-camping” ala rocker, berubah menjadi seorang yang sangat Islami. Bahkan pakaian sehari-harinya pun bukan celana jins robek lagi, melainkan pakaian gamis lengkap dengan peci, layaknya umat Islam.

Dakwah dan Tabligh

Tidak ada yang tidak mungkin selain mengecat langit! Demikian kira-kira perumpamaan yang sedikit nyeleneh untuk mengungkapkan fenomena hijrahnya Gito Rollies ke dunia dakwah. Sejak 1997 ia mulai menapaki “karir” dalam dunia karkun Jamaah Tabligh (pekerja dakwah yang rela mengorbankan harta dan kehidupan dunia semata-mata untuk berdakwah di jalan Allah). Selama rentang waktu 1997-Februari 2008 ini, Gito telah malang melintang keliling Indonesia untuk menyebarkan dakwah kepada umat Islam. Berpindah dari mesjid satu ke mesjid lainnya.

”Awalnya, saya hanya melihat orang-orang yang pergi ke masjid dan belum menunaikan shalat, meskipun saya beragama Islam. Selanjutnya saya beranikan diri masuk ke rumah Allah itu. Wah, kali pertama rasanya malu sekali dan menakutkan tempat itu. Lama-lama Allah berkenan memberikan hidayah kepada saya,” ungkap Gito semasa hidup. Hal itu ia ungkapkan seraya mengenang awal mula kembali ke jalan Allah. (dikutip dari suaramerdeka.com. Berita Edisi 17 April 2004. Diakses Sabtu, 01 Maret 2008)

Khuruj fi Sabilillah (pergi ke luar rumah/kampung halaman) semata-mata untuk senantiasa memperbaiki iman dan ketakwaan bagi dirinya sendiri dan seluruh umat, diputuskan Gito sebagai jalan hidup. Seorang artis ibukota dalam salah satu siaran televisi Nasional mengungkapkan suatu pernyatan Gito yang mengharukan sekaligus membahagiakan, “Gito dulu pernah berkata kepada saya, bahwa ia ingin mati di panggung sebagai seorang rocker. Tapi suatu saat ia justru berubah pikiran. Gito bilang ia ingin mati di panggung, tapi bukan sebagai rocker melainkan saat berdakwah,” ungkapnya dengan nada haru dan berlinang air mata, seraya menjelaskan bahwa keinginan Gito tersebut dikabulkan Allah lewat jalan lain, yaitu Gito meninggal sesampainya di Jakarta setelah beberapa hari melaksanakan dakwah khuruj fi sabilillah di Padang, Sumatera Barat.

Demikian pula Da’i kondang Arifin Ilham, kepada wartawan, sembari tak kuasa menahan air mata, ia mengungkapkan bahwa Gito Rollies adalah teladan bagi umat. Ia juga mengungkapkan semasa hidup Gito telah berjuang di jalan Allah dengan membawa misi dakwah, meskipun penyakit yang diderita Gito cukup berat.

Luar biasa memang sosok Gito, penyakit nan ganas, kanker kelenjar getah bening yang telah ia derita sejak beberapa tahun lalu (ia bahkan pernah dirawat di Singapura), tidak menyurutkan semangat dakwahnya. Bahkan, dengan berkursi roda, ia tetap semangat mengumbar dakwah dari mesjid ke mesjid.

Berdakwah Di Kalangan Artis

Toh, meski sudah berada di jalan Allah, Gito tak pernah merasa dirinya yang paling benar. Ia selalu menolak jika disebut kyai, atau diminta untuk berceramah. Menurutnya, ia hanyalah orang yang masih terus belajar agama. Apapun yang diucapkannya di depan umum adalah upayanya berbagi cerita.
Bahkan, Gito masih merasa belum cukup bertobat hingga akhir hayatnya. Tak pernah sekalipun ia merasa dosa-dosanya telah terhapuskan. Dalam suatu pengajian ia sempat bertanya kepada ustadz yang berceramah, apakah dosa-dosanya di masa lalu bisa berkurang dengan permembuatannya saat ini.

Ia pun berdakwah di kalangan artis, baik penyanyi maupun bintang film. Allah seolah telah mengirim seorang utusan dari kalangan mereka sendiri, komunitas yang sangat rentan terhadap segala bentuk kemaksiatan, seperti minuman keras, narkoba, bahkan seks bebas. Profesinya sebagai artis didayagunakan untuk syi’ar agama Allah, mengajak mereka dengan cinta kasih, tidak pernah memaksa, bahkan tidak merasa dirinya paling baik dan paling benar. Baginya, teladan lebih utama dari sekedar retorika religi belaka.

Pentas musik dengan beberapa kelompok band muda terus dijalani. Bedanya, pentas kali ini tanpa alkohol dan drugs serta menyelipkan syi’ar Islam di setiap penampilannya. Juga di balik layar lebar, film-film bertema religius sanggup dilakoni dengan satu semangat, yaitu menggemakan ajaran-Nya yang dibawa oleh Baginda Rasulullah. “Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata) : Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dariNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya).” (QS. Al-Mu’minuun, 23 : 32).

Beberapa tahun belakangan, orang mulai memanggilnya Ustadz Gito, meski ia menolak panggilan itu. Banyak kalangan artis yang tersadarkan setelah menyimak penuturan pengalaman hidupnya. Teladan dan ucapannya yang lemah lembut membuat semakin banyak orang yang simpatik dengan isi dakwah, syi’ar yang diangkat dari pengalaman pribadinya. Ia pun sempat mendaur ulang album lawasnya, Cinta yang Tulus, bukan lagi tema cinta antara sepasang manusia tetapi antara makhluk dan Khalik.

Kini Kang Gito telah berubah, masa lalu memang tidak mungkin terhapus dari diary-nya, dan akan menjadi catatan sejarah panjang. Tetapi itulah kehidupan, segalanya belum titik, tapi masih koma. Dan baru mencapai titik bila ajal menjemput. Jalan hidupnya mengingatkan kita pada sosok Cat Stevens yang pernah tersandung sebuah kejadian luar biasa, lanbeg banting setir ke arah tidak terduga setelah selamat dari gulungan ombak besar di pantai Hawaii. Cat Stevens meninggalkan agama lamanya dan dunia yang memungkinkan segalanya kecuali spiritualitas.

Ia pun berganti agama dan namanya dengan jati diri yang baru, yaitu Yusuf Islam. Gito Rollies tidak perlu ganti nama, namun dirinya bermetamorforsis menjadi hambaNya yang memahami tujuan hidupnya serta berusaha menjadi bermanfaat bagi orang lain walaupun harus berceramah di atas kursi roda dan melawan penyakit kanker getah benih yang menderanya sejak 2005.

Wafat Dengan Tersenyum

Perjalanannya terhenti pada pukul 18.45 WIB, Kamis (28/02), setelah Sang Rocker menghembuskan nafasnya yang terakhir. “Beliau meninggal setelah melakukan shalat Maghrib dan melakukan do’a terakhir,” ujar rekan artis yang turut melayatnya. Dua belas tahun lebih di sisa usianya dihabiskan untuk melayani dan mengajak orang lain melakukan kebaikan. Sakitnya tidak begitu dirasakan, bahkan pada akhirnya beliau nikmati sebagai peluntur sisa-sisa kekotoran dirinya dan menjadi musabab kematiannya.

Ia tersenyum saat Sang Malaikat maut mengepakkan sayapnya dan hadir di hadapannya untuk mencabut nyawa sang Rocker. Ikhlas menerima takdirNya, melepaskan segala bentuk atribut keduniawian. Kekelaman hidup terbayar tunai dengan amal perbuatan, dan senyum itu semakin menyeringai di wajahnya kala sang Malaikat perlahan-lahan mengambil ruh milikNya. Sehingga beliau masih mempunyai waktu untuk melafalkan lafadz tauhid. Dan sang Rocker pun meninggalkan dunia fana ini dengan rasa puas dan merasa tenang. “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS. Al-Fajr, 89 : 27-30).

Insya Allah, beliau meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Mudah-mudahan peristiwa ini memotivasi kita semua untuk bisa berbuat sebaik-baiknya, dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kita di sisa umur yang tidak lama lagi. Tiada pernah terucap kata putus asa, karena Dia pasti akan mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa hamba-hambaNya, karena Kasih Sayang-Nya bak Samudera Tak Bertepi.

Semoga kita termasuk orang-orang yang berakhir hidup dengan jiwa yang muthmainnah, sebagaimana mereka yang terpilih.
Gito meninggalkan seorang isteri bernama Michelle dan lima anak, yakni Galih Permadi, Bintang Ramadhan, Bayu Wirokarma, dan Puja Antar Bangsa.

Sebaik-baik usia tiap orang adalah pada penghujungnya. Dan ketahuilah, bagi kita, ujung-ujung usia akan selamanya menjadi misteri, karena seringkali di sanalah Allah memberikan kesudahan yang indah dari perjalanan taubat hamba-Nya.

Subhanallah...

Semoga bermanfaat........

ini "Cinta Yang Tulus" dari Gito Rollies....
http://www.youtube.com/watch?v=gsH2gOBIx8s
 

Daftar Donatur Acara Halal Bihalal TPA Baitul Munir 10 Agustus 2013



Sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dari Panitia Halal Bihalal TPA Baitul Munir Tgl 10 Agustus 2013 yang lalu, maka di bawah ini adalah nama-nama donatur yang telah memberikan bantuan untuk kegiatan tersebut, sebagai berikut:

1.    Toifuddin menyumbang sebesar Rp 60.000.
2.    Lukman Abdul Ghony Rp 100.000.
3.    Hamba Alloh Rp 10.000.
4.    Ani Widiarti Rp 50.000.
5.    Arie Yanti Rp 20.000.
6.    Warni Rp 10.000.
7.    Hamba Alloh Rp 50.000.
8.    Fian Rp 25.000.
9.    Medi Rp 50.000.
10.   Hamba Alloh Rp 10.000.
11.   Hamba Alloh Rp 5.500.
12.   Arjuna Rp 30.000.
13.   Hamba Alloh Rp 10.000.
14.   Hamba Alloh Rp 20.000.
15.   Hamba Alloh Rp 20.000.
16.   Hamba Alloh Rp 5.000.
17.   Sri Widiarti Rp 100.000.
18.   Sobakhu Rohmah Rp 100.000.
19.   Cahyanto Rp 20.000.
20.   Sumarni  Rp 20.000.
21.   Sulimah Rp 20.000.
22.   Siti Maryam Rp 150.000.
23.   Siti (Penyuluh Agama Desa Cikawung) Rp 200.000.
24.   Dul Wahid Rp 200.000.
25.   Hamba Alloh Rp 100.000.
26.   Samsidin Rp 20.000.
27.   Mba Dina Rp 10.000.
28.   Durohman Rp 100.000.
29.   Hamba Alloh Rp 30.000.
30.   Mono Rp 50.000.
31.   Hamba Alloh Rp 30.000.
32.   Hamba Alloh Rp 100.000.
33.   Syukur Rp 100.000.
34.   As Rp 50.000.
35.   Sono Rp 20.000.
36.   Hamba Alloh Rp 10.000.
37.   Hamba Alloh Rp 10.000.
38.   Hamba Alloh Rp 10.000.
39.   Dian Rp 10.000.
40.   Natum Sunarto Rp 10.000.
41.   Deni Rp 20.000.
42.   Pak Tiram Rp 10.000.
43.   Fadli Rp 20.000.
44.   Toing geetu looh Rp 100.000.
45.   Taufik Rp 150.000.
46.   Wahyu Wicaksono Rp 50.000.
47.   Adam Rp 50.000.
48.   Hamba Alloh Rp 30.000.
49.   Rosadi Rp 100.000.
50.   Untung Rp 50.000.
51.   NN Hamba Alloh Rp 100.000.
52.   Fulan Rp 50.000.
53.   Tofan Rp 50.000.
54.   Dedi Rp 30.000.
55.   Ines Rp 20.000.
56.   Hamba Alloh Rp 20.000.
57.   Hamba Alloh Rp 100.000.
58.   Hamba Alloh Rp 200.000.
59.   Hamba Alloh Rp 150.000.
60.   Gino  Rp 100.000.
61.   Juriyah Rp 150.000.
62.   Kamul Rp 100.000.
63.   Wahyudiarto Rp 50.000.
64.   Neng Sri Rp 50.000.
65.   Mbah Fian  Rp 15.000.
66.   Pak Siwan Rp 50.000.

#Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan huruf pada nama-nama donatur dan kesalahan penulisan angka pada nilai sumbangan.

Pengurus TPA Baitul Munir dan seluruh Panitia Acara Halal Bihalal mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para donatur  yang telah menyisihkan sebagian rezekinya demi suksesnya acara tersebut. Semoga Alloh SWT mengganti bantuan para donatur dengan pahala yang berlipat ganda….amiennn…



 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TPA Baitul Munir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger