Seputar Khusyu'

Pengertian

Secara bahasa, kata khusyu' berasal dari kata khasya'a yang artinya adalah as-sukun: tenang dan at-tadzallul: menunduk karena merasa hina. Disebutkan dalam Al-Quran :
“Dalam keadaan mereka menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” (QS. Al-Ma'arij : 44)

Al-Qurthubi mengatakan bahwa khusyu' adalah:
“Keadaan di dalam jiwa yang nampak pada anggota badan dalam bentuk ketenangan dan kerendahan.

Qatadah mengatakan tentang khusyu' adalah rasa takut dan menahan pandangan dalam shalat.
Gambaran khusyu’nya para sahabat Nabi SAW
- Ali bin Abi Thalib r.a. Apabila datang waktu shalat maka ia gemetar dan air mukanya berubah. Maka ditanyakan kepadanya, "Apa yang terjadi denganmu,hai Amirul-Mu'minin!" Ia menjawab, "Telah datang waktu melaksanakan amanat yang pernah ditawarkan oleh Allah kepada langit dan bumi lalu langit dan bumi itu enggan untuk memikulnya dan khawatir akan mengkhianatinya. Sedangkan aku memikul amanat itu (yaitu shalat)."

- Ali bin Husain. Bahwasannya apabila ia berwudhu maka wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Lalu keluarganya bertanya kepadanya, "Apakah yang terjadi padamu ketika berwudhu?" Ia menjawab, "Tahukah kalian di hadapan siapa aku akan berdiri/shalat?"

- Ibnu Abbas r.a. Bahwasannya ia berkata, "Dawud a.s dalam munajatnya berkata, "Wahai tuhanku, siapakah orang yang tinggal di rumah-Mu dan siapakah yang Engkau terima shalatnya?' Lalu Allah mewahyukan kepadanya, 'Hai Dawud! yang tinggal di rumah-Ku dan yang aku terima shalatnya hanyalah orang yang merendahkan diri akan keagungan-Ku, ia lewakan siangnya dengan ingat kepada-Ku, ia menahan nafsunya dari syahwat karena Aku, ia memberi makan kepada orang yang lapar, ia memberi tempat bagi orang dalam perjalanan (musafir), dan menyayangi orang yang tertimpa bencana. Itulah orang yang cahayanya bersinar di langit seperti matahari. Jika ia berdo'a kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Dan jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya. Aku berikan kepadanya sifat santun ketika yang lain dalam kebodohan, dan dzikrullah ketika yang lain dalam kegelapan.

- Said At-Tanukhi apabila sedang shalat maka tidak putus-putusnya air mata mengalir dari kedua pipinya membasahi jenggotnya.

- Khalaf bin Ayyub. Seseorang bertanya kepada Khalaf bin Ayyub, "Tidakkah lalat itu mengganggumu didalam shalatmua? Mengapa tidak kamu usir?" Ia menjawab, "Aku tidak akan membiasakan diriku melakukan sesuatu yang dapat merusak shalatku." Ditanyakan, "Bagaimana kamu bisa bertahan terhadap hal itu?" Ia menjawab, "Aku dengar bahwa orang-orang fasik tahan menghadapi cambuk-cambuk penguasa agar dikatakan bahwa "Fulan itu sabar" dan mereka berbangga dengan hal itu. Sedangkan aku berdiri di hadapan Tuhanku, maka pantaskah aku bergerak hanya karena seekor lalat?"

- Muslim bin Yasar. Bahwasannya apabila ia mau shalat, ia berkata kepada keluarganya, "Berbincanglah kalian, karena aku tidak mendengar kalian." Dan pada suatu hari ia shalat di masjid jami' di kota Basrah, lalu satu bagian dari masjid itu runtuh. Orang-orang pun berkumpul karenanya. Sedangkan ia tidak tahu, hingga selesai dari shalatnya.
 
- Hatim Al-Asham r.a. bahwasannya ia ditanya tentang shalatnya, lalu ia menjawab, "Apabila tiba waktu shalat maka aku sempurnakan wudhu dan aku datangi tempat yang ingin aku pakai untuk shalat. Aku duduk di atasnya hingga anggota-anggota badanku tenang. Kemudian aku berdiri untuk shalat. Aku jadikan Ka'bah itu seolah2 dihadapanku, shirath (jembatan shiratal mustaqim)  di bawah telapak kakiku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut di belakangku. Aku anggap shalat itu sebagai shalatku yang terakhir. Kemudian aku berdiri di antara harap dan takut. Aku bertakbir dengan takbir yang penuh kesungguhan, membaca dengan bacaan tartil, ruku' dengan sujud' yang penuh kerendahan hati, sujud dengan sujud yang khusyu'. Aku duduk bertumpu di atas pantat kiri, dan aku hamparkan punggung kaki kiri. Aku tegakkan telapak kaki kanan bertumpu pada ibu jarinya. Aku ikuti shalat itu dengan ikhlas. Kemudian aku tidak tahu apakah shalatku itu diterima ataukah tidak."

Ibnu  Abbas r.a berkata, "Dua raka'at yang sederhana dengan penuh penghayatan adalah lebih baik daripada ibadah semalam suntuk sementara hati lalai."

Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kalian melihat seorang laki-laki biasa pulang-pergi ke masjid maka saksikanlah bahwa dia orang beriman."

Lalu bagaimana caranya agar mudah khusyu dalam shalat?

Pertama: Menghadirkan Hati.

Menghadirkan hati maksudnya adalah disaat kita sedang sholat maka saat itu sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apapun. Maka dalam keadaan seperti itu yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik sholat kita. Benarkah sholat kita, dengan bacaan yang benar atau penuh dengan kesalahan dan lain sebagainya.

Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut, atau bergetar dengan keberadaanNya dihadapan kita.

Kedua: Anggap saat itu adalah sholat yang terakhir.

Agar semakin khusyu’ anggaplah bahwa sholat tersebut sholat yang terakhir kali kita lakukan, karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita. atau bayangkan, disaat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan kita, bahwa usai sholat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah… bagaimanaka shalat kita saat itu? Shalat dengan penuh kekhusyuan atau shalat dengan main-main? Tentu kita akan sholat dengan sekhusyu’-khusyu’nya.

Ketiga: Tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa dalam shalat.

Tuma’ninah atau keadaan tenang dan juga tidak tergesa-gesa juga merupakan cara agar shalat kita khusyu’. Sebab dengan ketenangan kita akan bisa focus dengan bacaan dan juga gerakan dalam shalat. Oleh karena itu, sebelum kita bertakbir memulai shalat, lebih dulu kita tinggalkan segala perkara duniawi, bisa jadi disaat kita sedang shalat, namun kita tergesar-gesa karena memikirkan masalah dunia (masakan, makanan, hp facebook dll) yang bisa merusak kekhusyukan kita dalam shalat.

Keempat: Tadabbur ayat-ayat  dan dzikir-dzikir yang dibaca dalam shalat

Cara keempat ini sangat penting untuk kita latih dan diterapkan saat shalat. Karena dengan mentadabburi ayat dan dzikir yang kita baca, maka kita akan semakin mudah untuk menggapai kekhusyuan dalam shalat. Banyak sekali orang yang hafal bacaan sholat, namun sangat sedikit sekali yang faham dan mengerti bacaan tersebut.

Silahkan menghafal bacaan shalat, tapi lebih baiknya lagi kita mampu meresapi maknanya. Sehingga pemahaman makna akan menambah ketenangan jiwa dan akan memberi dampak baik disaat sedang shalat atau disaat kita membaca surat lainnya dalam al Quran.

Kelima: Tartil dan memperbagus suara dalam membaca Al Quran.

Allah SWT memerintahkan kita untuk tartil disaat membaca Al Quran, terlebih lagi bacaan tersebut kita baca diwaktu shalat. Begitu juga kita dianjurkan untuk memperindah suara kita agar imam maupun makmum dalam shalat jamaah bisa tenang dan akhirnya mendapatkan kekhusyuan. Sebaliknya, jika kita tergesa dalam membaca atau tidak tartil, dari segi suara bacaan juga ‘disayangkan’. Maka hal tersebut tidak membuat kita khusyu’ namun malah mengganggu dalam shalat.

Keenam: Arahkan pandangan hanya ditempat sujud, dan tidak memalingkan kelainnya

Janganlah kita mengarahkan pandangan kita selain ke tempat sujud, sebab hal tersebut akan mengganggu kekhusyukan kita dalam shalat. Bahkan terdapat larangan dalam hadits untuk melihat ke atas disaat kita shalat, begitu juga memalingkan seluruh atau sebagian badan kita karena bisa membatalkan shalat kita, lantaran telah merubah qiblat disaat sedang shalat.

Ketujuh: Hindari segala hal yang bisa menyibukkan saat sedang shalat.

Seperti penggunaan alat-alat elektronik (handphone, tv, , penggunaan pakaian yang kurang pas, serta hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kita dalam shalat. Maka hal-hal tersebut harus kita hindari agar shalat kita senantiasa terjaga dan tidak merusak kekhusyukan disaat sedang shalat.

Demikianlah beberapa kiat dan cara agar kita mudah khusyu dalam shalat. Dengan menerapkan kiat-kiat diatas, kami berharap semoga shalat kita senantiasa memberi pengaruh yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sumber:
Dari berbagai sumber
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TPA Baitul Munir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger